Home Pemerintah Kotawaringin Timur Kotim Terus Lakukan Percepatan Vaksinasi

Kotim Terus Lakukan Percepatan Vaksinasi

  Redaksi   | Minggu , 04 Juli 2021
06340b45ee39aff0a2f17dd34d14142b.jpg
ILUSTRASI.NET

KLIK. SAMPIT— Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, terus berupaya meningkatkan perekonomian daerah itu melalui budidaya tanaman akasia yang digagas oleh salah satu perusahaan yang tumbuh di Desa Ujung Pandaran dan Desa Lampuyang, Kecamatan Teluk Sampit.

Wakil Bupati Kotim, Irawati, beberapa waktu lalu sudah melakukan kunjungan ke lokasi tumbuhnya tanaman bernama ilmiah Acacia crassicarpa. Tumbuhan ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan kertas. Dirinya menilai, ini akan mampu membawa dampak positif dan bisa  mendongkrak perekonomian masyarakat setempat.

"Tanaman akasia yang ditanam oleh salah satu perusahaan itu, keberadaannya bisa meningkatkan perekonomian yang ada di Kecamatan Teluk Sampit seperti di Desa Ujung Pandaran, Lampuyang dan desa lainnya," kata Irawati.

Sementara ini, luas lahan yang sudah ditanam sekitar 2.000 hektare dari 10.000 hektare lahan Hutan Tanaman Industri (HTI) yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Disampaikan bahwa pihak perusahaan berkeinginan untuk bermitra dengan masyarakat yang memiliki lahan tidak produktif untuk mereka olah dan tanami akasia.

"Mudah-mudahan apa yang diharapkan bisa terealisasi," ujarnya.

Tanaman akasia yang tumbuh subur tersebut sudah berusia empat bulan, dengan masa panen sekitar lima tahun. Kegunaan tanaman akasia sebagai bahan pembuatan kertas tentu diharapkan membawa dampak positif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Camat Teluk Sampit, Juliansyah menambahkan, jika perhitungan luasan lahan yang didapat lagi nanti memenuhi standar, kemungkinan akan dibangun pabrik. Tetapi jika belum bisa maka akasia hasil panen dikirim ke perusahaan-perusahaan yang ada di dalam negeri yang siap menampung.

"Kami masih menginventarisasi lahan masyarakat," sebutnya.

Untuk tenaga kerja diambil dari masyarakat lokal seperti pembibitan dan penanaman yang memang secara kualifikasi bisa dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Sedangkan pekerjaan teknis pihak perusahaan tetap menggunakan tenaga kerja profesional sesuai kompetensi yang dibutuhkan dan harus didatangkan dari luar daerah namun tidak banyak.

Berdasarkan data perusahaan tenaga kerja yang sudah mereka rekrut sekitar 1.000 orang yang umumnya warga lokal. Mereka dibagi pada beberapa divisi seperti pembibitan, penanaman dan lainnya.

"Tenaga kerja lokal itu menjadi prioritas perusahaan. Alhamdulillah dengan adanya perusahaan ini dampaknya cukup positif bagi masyarakat. Terutama pada situasi saat ini yang kondisi laut tidak bersahabat," terangnya.

Masyarakat lokal yang bekerja di perusahaan itu mendapatkan pendapatan bulanan. Untuk tenaga kerja harian digaji Rp130.000 per hari, sehingga jika dihitung efektif 26 hari kerja maka lebih dari Rp 3 juta pendapatan yang mereka hasilkan..

"Pendapatan tersebut sudah di atas UMR, artinya ada pendapatan yang sudah pasti untuk mereka," tutupnya. (KLIK-RED)

Baca Juga

Ikuti Kami