Home DPRD Kotawaringin Timur DPRD Kotim Dukung Penelusuran Sejarah Sampit

DPRD Kotim Dukung Penelusuran Sejarah Sampit

  Dimas Suma Fember   | Kamis , 07 April 2022
089a296cfb65bf40da1d2638ad33610b.jpg
Wakil Ketua I DPRD Kotim, Rudianur.

KLIK.SAMPIT - Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kotawaringin Timur (Kotim) penelusuran sejarah Sampit. Khususnya soal keberadaan Istana Raja Bungsu di Bagendang, Kecamatan Mentaya Hilir Utara. 

Wakil Ketua I DPRD Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Rudianur mendorong pemerintah setempat segera merealisasikan keberadaan Istana Raja Bungsu di Bagendang. 

Bahkan ujarnya, sudah banyak tokoh yang sudah menyampaikan niatan itu kepadanya, bahkan berkunjung ke DPRD Kotim untuk membicarakan rencana ritual, sekaligus haul Raja Bungsu serta rencana pembangunan istana tersebut.

"Dan dalam waktu dekat ini, tim juga akan berkoordinasi dengan Pemda dalam hal ini Bupati Kotim terkait rencana tersebut, karena rencananya kegiatan itu akan dipusatkan di Kecamatan Bagendang, karena di sana ada situs­-situs yang masih tersisa," ujarnya, Kamis (7/4).

Tambahnya, pada tahun 2017 sudah dilakukan peletakan batu pertama pembangunan istana, yang pada waktu itu direncanakan dibuat sebagai museum.

"Kita selalu mendukung pembangunan yang mengembangkan sejarah terutama sejarah daerah, agar tidak punah dan bisa diketahui banyak orang serta generasi berikutnya," tegasnya.

Raja Bungsu diduga berasal dari koloni masyarakat Dayak Ngaju yang menetap di Bukit Santuai, Kuala Kuayan. Koloni masyarakat ini diduga merupakan induk semang suku Dayak sekitar daerah Kotim, Seruyan dan Katingan, yang selanjutnya berkembang membentuk berbagai sub etnis Dayak, termasuk sub etnis Dayak Sampit atau dikenal dengan sebutan Oloh Sampit.

Suku Dayak Ngaju yang membentuk koloni di Bukit Santuai ini diperkirakan sudah ada sejak zaman neolitik. Dan oleh karena situasi dan kondisi tertentu, koloni ini berangsur-angsur meninggalkan Bukit Santuai untuk mencari kehidupan yang

lebih baik. 

Maka salah satu kafilah koloni tersebut melakukan perjalanan hingga tiba di pedalaman Sei Sampit, yang dikenal sekarang dengan nama Rongkang.

Dari sinilah, kemudian tampil seorang pemimpin bergelar Demang Bungsu yang menggiring sebagian besar masyarakat Rongkang untuk membentuk koloni baru yang menetap di muara Sei Sampit.

Koloni ini berkembang lebih maju karena berada di jalur lintas Sungai Mentaya, dan juga karena mereka bersifat terbuka terhadap perkembangan zaman. (KLIK-RED /*)

Baca Juga

Ikuti Kami